Jumat, April 8

Perjumpaan Pribadi dengan Tuhan Yesus


Perjumpaan Pribadi dengan Tuhan Yesus

(Mazmur 7:9) TUHAN mengadili bangsa-bangsa. Hakimilah aku, TUHAN, Apakah aku benar, dan Apakah aku tulus ikhlas.
(Mazmur 7:10) … Engkau yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil.

Pada tanggal 4 April 2011, saya mendapat sebuah mimpi yang benar-benar menegur saya. Dalam mimpi saya, saya dihadapkan pada tahta putih, di mana Tuhan Yesus dengan santai berjalan memasuki ruangan putih itu. Saya berdiri di sana, di depan sebuah tahta putih, hanya berdua denganNya. Saat itu saya merasa seperti seorang anak kecil yang dipanggil seorang Bapa untuk bertemu di sebuah ruangan.
Di dalam mimpi saya, saya memakai baju putih bersih. Lalu kemudian, Ia bertanya pada saya tiga buah pertanyaan yang benar-benar menegur saya akhir-akhir ini. Saya sadar bahwa saya terlalu sering memikirkan masa depan, terlalu kuatir, dan tidak terfokus penuh pada kehadiranNya dalam hidup saya.
Saat itu, saya merasa seperti berbicara pada seorang Bapa, bukan pada sebuah sosok yang sangat ditakuti. PerawakanNya sangat santai dan tenang. Sosok Bapa yang saya lihat itu tinggi, rambutnya coklat kehitaman, ukuran badannya ideal (Tidak gemuk, tidak kurus), jalanNya sungguh tegap. WajahNya memancarkan Kasih dalam ketulusan. Itu bukan pertama kali saya melihatNya. Pertama kali saya melihat Bapa adalah saat saya berada di rumah. Sebuah sosok yang sempurna. Mungkin tinggiNya 180 keatas karena saya yang tingginya 175 masih melihat ke atas utuk melihatNya. Ia sosok sempurna seorang Bapa dan Sahabat Sejati bagi hidup saya dan Anda. Dan Anda perlu tahu bahwa Dia dapat menampakkan diriNya pada Anda kapan dan di mana saja.
Pertanyaan pertama yang Tuhan Yesus tanyakan pada saya adalah, “ AnakKu, Apakah kamu mengasihi Aku?” dan dengan cepat dan mantap saya menjawabNya, “Ya Bapa. Aku betul-betul mengasihiMu. Kau tahu itu.” Saya menjadi bingung mengapa Ia menanyakan hal itu pada saya. Ia hanya mengangguk-ngangguk saja.
Pertanyaan kedua yang Tuhan Yesus tanyakan pada saya adalah, “ Apa yang pertama kali membuat engkau mengasihi Aku, ya AnakKu?” Ia menanyakan itu dengan wajah senyum. Tapi, saya seperti anak-anak. Saya menjawabNya dengan jawaban panjang, dan saya tak ingat itu. Saat itu saya menundukkan kepala, karena saya mulai merasa bersalah, karena apa, entahlah, saya tak tahu. Saat itu saya ingat tentang kasih yang semula, bahwa yang dimaksudkanNya adalah itu.
Pertanyaan ketiga yang Dia tanyakan, yang membuat saya benar-benar berbalik padaNya seutuhnya, tidak setengah-setengah lagi adalah, “AnakKu, engkau mengasihi Aku dengan separuh hatimu. Separuh hatimu ada di dunia. Bagaimana pemikiranmu tentang hal itu?” Lalu mimpi itu tiba-tiba mengantar saya bersama teman saya di suatu tempat. Saat itu kami bertiga, saya, teman sekolah saya yang bernama Virginia, dan seornag perempuan muda yang saya kira umurnya sebaya dengan kami yang 17 tahun tapi saya tidak kenal dengannya. Teman saya yang bernama Virginia berdoa dan menumpangkan tangannya pada kami.
Seolah-olah ia tahu percakapan yang terjadi pada saya dengan Tuhan, ia memanjatkan doanya pada kami. Setelah itu, kami dibawa pada suatu gedung putih yang terbuka pada lantai yang paling atas. Kami berada di sana dan kami melihat pemandangan yang begitu indah, dan saya yakin itu adalah surga. Kami melihat padang rumput yang hijau, ada kambing, domba, sapi, dan dua rumah yang berdekatan. Lalu saya berkata pada teman saya, “Coba saja saya punya rumah itu.” :-D

Begitulah isi mimpi saya pada tanggal 4 April 2011. Saya ingat sebelum saya tidur malam itu saya berkata dalam hati, jika saya diberi buku Saat Teduh khusus, saya akan menulisnya “Saya ingin ke surga” dan malam itu Tuhan berbicara pribadi pada saya sebelum saya tidur, bahwa saya tak boleh memikirkan kesulitan hidup, yang membuat saya kuatir. Puji TUHAN, saya sudah tak kuatir lagi! Halleluya!